BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari banyak tradisi dan adat istiadat, dan Rumah Adat Aceh termasuk dalam salah satunya. Rumah ini adalah salah satu rumah adat di Indonesia yang menggunakan tangga di depan rumah. Rumah Aceh yang disebut juga Rumah Krong Bade memiliki kandungan makna yang luar biasa. Mempunyai kekhasan seperti kebanyakan rumah adat di Indonesia. Rumah dengan arsitektur klasik terbuat dari kayu dan dipercantik dengan ukiran – ukiran ini ternyata tidak terlalu diminati lagi oleh penduduk Aceh yang sudah tersentuh arus modernitas. Hal ini dikarenakan dalam membangun rumah ini dibutuhkan banyak sekali biaya dan tenaga dalam pemeliharaannya. Rumah Adat Aceh merupakan jenis rumah yang membutuhkan perawatan dan kemampuan ekonomi ekstra dalam proses pembuatannya, karena materi dasar pembuatannya adalah kayu dan saat ini sudah agak sulit bagi masyarakat Indonesia pada umumnya untuk mendapatkan kayu. Dari permasalahan diatas, kami mengangkat kembali kebudayaan Aceh ini yang semakin hari semakin langka. Walaupun alasan – alasan tersebut tidak dapat dipungkiri, namun paling tidak Rumah Adat Aeh tidak akan hlang ditelan waktu. Upaya pengenalan dan pelestarian rumah adat ini kepada generasi muda, terutama yang berasal dari suku Aceh sangatlah diperlukan. Mengingat kandungan makna rumah adat ini yang patut diteladani . 1.2 FILOSOFI Aceh juga memiliki rumah adat . Masyarakat setempat menyebutnya Krong Bade atau dikenal dengan nama Rumoh Aceh . Jika dilihat dari luar bangunan, Rumah adat satu ini salah satu jenis rumah panggung . Biasanya Krong Bade memiliki struktur tinggi tiang 2,5 - 3 meter dari permukaan tanah. Layaknya rumah panggung pada umumnya, Krong Bade memiliki satu ruangan di bawah. Biasanya, ruangan bawah dari rumah ini digunakan untuk tempat penyimpanan bahan pangan. Selain itu, ada juga peruntukan sebagai tempat para wanita melakukan aktivitas, misalnya menenun kain khas Aceh . Serupa tapi tak sama, rumah adat ini terlihat terbuat dari bahan kayu, kecuali atapnya berbahan daun rumbia atau daun enau dianyam. Untuk lantainya, Rumoh Aceh menggunakan bahan dari bamboo . Krong Bade juga memiliki tangga di depan rumahnya. Uniknya, anak tangga di seluruh rumah ini berjumlah ganjil. Hal ini menandakan sebagai sifat orang aceh nan religious . Setelah kita menanjak menggunakan tangga, kita akan disuguhkan dengan ukiran-ukiran unik di rumah ini . Dari ukiran tersebut kita juga bisa menentukan tingkat ekonomi pemilik rumah .
1
Fungsi Tiap Ruang
Krong Bade selain berfungsi sebagai identitas budaya juga memiliki fungsi praktis sebagai rumah tinggal masyarakat Aceh . Rumah adat ini terdiri dari tiga ruangan yang memiliki makna dan fungsi masing-masing. Ruang Depan atau biasa disebut seuramoë keuë. Ruangan ini berfungsi sebagai ruang santai dan tempat beristirahat bagi seluruh anggota keluarga. Ruangan ini juga digunakan sebagai tempat menerima tamu atau ruang tamu. Ruang Tengah atau biasa disebut seuramoë teungoh. Ruangan ini adalah ruang inti dari sebuah rumah adat Aceh (ruang inong) dan di tandai dengan lantai yang lebih tinggi dari ruang depan. Hal ini karena ruangan ini bersifat privat. Ruang Belakang atau biasa disebut sebagai seurameo likot. Ruangan ini adalah ruangan yang berfungsi sebagai tempat makan, dapur, dan tempat bercengkrama bagi sesama anggota keluarga.Lantai ruangan ini biasanya lebih rendah dibanding lantai rangan tengah.
Ciri Khas Krong Bade
Setiap rumah adat biasanya memiliki cirikhas masing-masing setiap daerahnya, begitu juga dengan Krong Bade yang memiliki ciri khas dan filosofi pembuatannya. Berikut filosofi dan ciri khas Krong Bade : a)
b) c) d) e) f)
Memiliki gentong air di bagian depan untuk tempat ihkan kaki mereka yang akan masuk rumah. Ciri ini memiliki filosofi bahwa setiap tamu yang datang harus memiliki niat baik. Strukturnya rumah panggung memiliki fungsi sebagai perlindungan anggota keluarga dari serangan binatang buas. Memiliki tangga yang anak tangganya berjumlah ganjil, merupakan simbol tentang sifat religius dari masyarakat suku Aceh. Terbuat dari bahan-bahan alam; merupakan simbol bahwa masyarakat suku Aceh memiliki kedekatan dengan alam. Memiliki banyak ukiran dan lukisan di dinding rumah; menandakan masyarakat Aceh adalah masyarakat yang sangat mencintai keindahan. Berbentuk persegi panjang dan membujur dari arah barat ke timur; menandakan masyarakat Aceh adalah masyarakat yang religius.
1.3 TUJUAN
Mengetahui hakikat dan filosofi Rumah Adat Aceh . Mengetahui pembagian ruang – ruang dari rumah fungsinya . Mengetahui bahan – bahan bangunan yang dipakai dalam pembangunan rumah . Mengetahui makna yang terkandung dalam bangunan Rumah Adat Aceh .
2
BAB 2 TINJAUAN
2.1 DEFINISI DAN SEJARAH RUMAH KRONG BADE Kepercayaan individu atau masyarakat yang hidup mempunyai pengaruh signifikan terhadap bentuk arsitektur bangunan, rumah, yang dibuat. Hal ini dapat dilihat pada arsitektur Rumoh Aceh, Provinsi, Nanggrou Aceh Darussalam yang juga biasa dikenal dengan nama rumoh aceh. Pada umumnya Rumoh Aceh merupakan rumah panggung dengan tinggi tiang antara 2,50 – 3 meter, memiliki tangga di depan, terdiri dari tiga atau lima ruang, dengan satu ruang utama yang dinamakan rambat. Rumoh dengan tiga ruang memiliki 16 tiang, sedangkan Rumoh dengan lima ruang memiliki 24 tiang. Modifikasi dari tiga ke lima ruang atau sebaliknya bisa dilakukan dengan mudah, tinggal menambah atau menghilangkan bagian yang ada di sisi kiri atau kanan rumah. Bagian ini biasa disebut seramoe likot atau serambi belakang dan seramoe reunyeun atau serambi bertangga, yaitu tempat masuk ke Rumah yang selalu berada di sebelah timur. Pintu utama Rumoh Aceh tingginya selalu lebih rendah dari ketinggian orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu ini hanya berukuran 120-150 cm sehingga setiap orang yang masuk ke Rumoh Aceh harus menunduk. Namun, begitu masuk, kita akan merasakan ruang yang sangat lapang karena di dalam rumah tak ada perabot berupa kursi atau meja. Semua orang duduk bersila di atas tikar ngom (dari bahan sejenis ilalang yang tumbuh di rawa) yang dilapisi tikar pandan. Rumoh Aceh bukan sekadar tempat hunian, tetapi merupakan ekspresi keyakinan terhadap Tuhan dan adaptasi terhadap alam. Oleh karena itu, melalui Rumoh Aceh kita dapat melihat budaya, pola hidup, dan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat Aceh. Rumah Krong Bade adalah satu budaya Indonesia yang hampir punah. Rumah Krong Bade saat ini sudah jarang dipakai karena hampir sebagian banyak masyarakat aceh memilih untuk tinggal di rumah modern. Hal ini dikarenakan harga pembangunan rumah modern jauh lebih murah dibandingkan dengan Rumah Krong Bade. Selain biaya pembangunan, biaya perawatan Rumah Krong Bade juga memakan biaya yang tidak sedikit.
3
2.2 SYARAT-SYARAT RUMAH KRONG BADE Persyaratan dalam Pembangunan Penentuan hari baik, pengadaan kenduri, dan pemilihan kayu. Penentuan hari baik dilaksanakan berdasarkan saran dari seorang pemuka masyarakat. Pemilihan kayu didasarkan pada pengetahuan lokal masyarakat yang memandang bahwa ada beberapa jenis kayu yang dapat bertahan lama jika dipakai untuk membangun rumah. Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk membangun rumah adalah rapat keluarga, pengumpulan bahan, pengolahan bahan, dan perangkaian bahan. Rapat keluarga juga turun mengambil bagian penting dalam membangun rumah agar tidak terjadi perpecahan dalam rumah. Dalam rapat keluarga diundang seorang pemuka masyarakat untuk memberikan saransaran yang patut didengarkan oleh keluarga yang hendak membangun rumah. Pengumpulan bahan dilakukan bersama-sama dengan melihat kayu yang baik untuk dijadikan bahan bangunan. Saat penebangan kayu, masyarakat Aceh berusaha untuk tidak merusak akar pohon yang lainnya sehingga sangat berhati-hati dalam penebangan kayu. Pengolahan bahan adaah pengolahan kayu sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud di sini adalah kayu-kayu untuk peralatan rumah tangga maupun kayu-kayu untuk pondasi bangunan. Setelah pengolahan kayu, kayu-kayu tersebut dirancang atau digunakan sebagai fungsinya dan ini adalah tahap perangkaian bangunan. Kayu-kayu yang berfungsi sebagai tiang penyangga rumah akan ditancapkan ke tanah terlebih dahulu. Kayu pertama yang ditancapkan dianggap sebagai tiang utama dari rumah Krong Bade. Setelah tahap perangkaian bahan selesai, maka tahap akhir yaitu menghias rumah dengan berbagai ornamen juga ukiran-ukiran pada badan rumah Krong Bade. Persyaratan Rumah Krong Bade
Rumah adat aceh Krong Bade dibangun tanpa menggunakan paku Jumlah anak tangga selalu ganjil Terdiri dari empat bagian rumah (bagian depan, bagian tengah, bagian belakang, rumah dapu) Bagian ujung Barat ruangan ini ditutup dengan tikar Tiang penopang berjajar 2,5 – 3 meter Pintu masuk 120 – 150 cm Atap dari daun rumbia Lantai dari kayu enau Bangunan (menggunakan papan, kayu enau, bamboo, rotan, kulit pohon waru, tali ijuk, dan tidak menggunakan paku) 4
BAB 3 DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 STRUKTUR ATAP Sesuai dengan gambar disamping yang menggambarkan bentuk rangka atap dan juga kudakudanya. Struktur rangka atap berfungsi untuk menerima beban dari atap seperti air hujan, angin, penutup atap, dan beban dari kuda-kuda maupun rangka itu sendiri. Fungsi lainnya dari rangka atap yaitu sebagai pembentuk bentuk dari atap itu sendiri.
Penutup Atap Penutup atap pada rumoh aceh menggunakan material daun rumbia yang dipilin rapatrapat, kemudian disusun untuk digabungkan secara berlapis-lapis. Lapisan kesatuan rumbia ini digabungkan dengan bamboo yang disulam dengan rotan. Kemudian dikuatkan lagi dengan kayu sebagai reng.
5
3.2 PENGGABUNGAN\ Penggabung disini berupa bubungan ataupun balok nok dan juga tali itu sendiri. Tali ini apabila diputus maka dapat merobohkan penutup atap. Dari penjabaran tersebut, maka untuk membuat atap yang dapat roboh tersebut terdiri dari 3 bidang. -
Bidang kiri penutup atap
-
Bidang kanan penutup atap
-
Penggabung antara kedua bidang.
Kedua bidang Penutup atap tersebut digabungkan pada bubungan dengan tali yang tidak diikat pada bagian atas (hanya sekedar lilitan pada bagian atas) namun diikat pada bagian yang dapat dijangkau oleh manusia. Untuk struktur atap itu sendiri (kuda-kuda, dsb) sama sekali tidak dilibatkan dalam perobohan ini mengingat fungsi struktur yang sangat penting dan menyangkut kekuatan yaitu menahan angin, hujan, atap, dsb. Jadi dalam membuat atap yang roboh ini ditekankan pada mengolah penutup atap yang fungsinya untuk melindungi, bukan menahan beban
3.3 STRUKTUR PONDASI DAN KOLOM Pondasi dan Kolom (Tiang) Rumah Aceh merupakan rumah panggung dengan tinggi tiang antara 2.50-3 meter dengan diameter kayu 25 – 30 cm dan jumlah tiang16, 20, 24, atau 28 batang. Walaupun hanya terbuat dari kayu, beratap daun rumbia, dan tidak menggunakan paku, Rumoh Aceh bisa bertahan hingga 200 tahun. Penggunaan tiang-tiang penyangganya yang selalu berjumlah genap karena terbawa terhadap budaya islam secara filosofi melambangkan dari rukun iman.
6
Terdiri dari tiga atau lima ruang, dengan satu ruang utama yang dinamakan rambat. Rumah dengan tiga ruang memiliki 16 tiang, sedangkan Rumah dengan lima ruang memiliki 24 tiang. Tiang – tiang tersebut berdiri pada pondasi umpak yang terbuat dari batu kali ataupun batu alam.Dan tiang – tiangnya terbuat dari kayu enau.
3.4 STRUKTUR DINDING, LANTAI, PINTU, DAN TANGGA Dinding rumah adat aceh sama dengan dinding rumah adat yang berada hampir di seluruh Indonesia yang menggunakan dinding kayu.Dinding tersebut terbuat dari kayu enau yang potong menjadi papan dan papan tersebut dipasang secara horizontal.Papan tersebut disambung tanpa menggunakan paku besi tetapi menggunakan pasak kayu. Pintu utama Rumah Aceh tingginya selalu lebih rendah dari ketinggian orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu 1.2 – 1.5. Perletakkan pintu utama tersebut terletak dibagian bawah teras depan.Jendela—yang juga berfungsi sebagai ventilasi—berupa lubang-lubang sela ukiran di seluruh dinding.Jumlah anak tangga pada rumah adat aceh selalu ganjil. Jumlah minimal anak tangga berjumlah 5.
3.5 MATERIAL RUMAH KRONG BADE
Kayu. Kayu merupakan bahan utama untuk membuat Rumoh Aceh. Kayu digunakan untuk membuat tameh (tiang), toi, roek, bara, bara linteung, kudakuda, tuleueng rueng, indreng, dan lain sebagainya.
Papan, digunakan untuk membuat lantai dan dinding.
Trieng (bambu). Bambu digunakan untuk membuat gasen (reng), alas lantai, beuleubah (tempat menyemat atap), dan lain sebagainya.
Enau (temor). Selain menggunakan bambu, adakalanya untuk membuat lantai dan dinding Rumoh Aceh menggunakan enau.
Taloe meu-ikat (tali pengikat). Tali pengikat biasanya dibuat dari tali ijuk, rotan, kulit pohon waru, dan terkadang menggunakan tali plastik. 7
Oen meuria (daun rumbia), digunakan untuk membuat atap.
Daun enau. Selain mengunakan oen meuria, terkadang untuk membuat atap menggunakan daun enau.
Peuleupeuk meuria (pelepah rumbia). Bahan ini digunakan untuk membuat dinding rumah, rak-rak, dan sanding.
3.6 GAMBAR RE-DRAWING
DENAH
POTONGAN
TAMPAK
PERSPEKTIF
ORNAMEN ORNAMEN
8
BAB 4 KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN Kepercayaan dan kondisi alam masyarakat mempunyai pengaruh signifikan terhadap bentuk
arsitektur bangunan,
arsitektur Rumoh
Aceh,
rumah,
yang
Provinsi Daerah
dibuat. Istimewa
Hal
ini
Aceh,
dapat dilihat Indonesia.
pada
Rumoh
Aceh merupakan rumah panggung dengan tinggi tiang antara 2,50-3meter, terdiri dari tiga atau lima ruang, dengan satu ruang utama yang dinamakan rambat.Pintu utama Rumoh Aceh tingginya selalu lebih rendah dari ketinggian orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu ini hanya berukuran 120-150 cm sehingga setiap orang yang masuk ke Rumoh Aceh harus menunduk. Namun, begitu masuk, kita akan merasakan ruang yang sangat lapang karena di dalam rumah tak ada perabot berupa kursi atau meja. Semua orang duduk bersila di atas tikar ngom (dari bahan sejenis ilalang yang tumbuh di rawa) yang dilapisi tikar pandan. Rumoh Aceh bukan sekadar tempat hunian, tetapi merupakan ekspresi keyakinan terhadapTuhan dan adaptasi terhadap alam. Oleh karena itu, melalui Rumoh Aceh kita dapat melihat budaya, pola hidup, dan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat Aceh. Adaptasi masyarakat Aceh terhadap lingkungannya dapat dilihat dari bentuk Rumoh Aceh yang berbentuk panggung, tiang penyanggan yaang terbuat dari kayu pilihan, dindingnya dari papan, dan atapnya dari rumbia. Pemanfaatan alam juga dapat dilihat ketika mereka hendak menggabungkan bagian-bagian rumah, mereka tidak menggunakan paku tetapi menggunakan pasak atau tali pengikat dari rotan. Walaupun hanya terbuat dari kayu, beratap daun rumbia,dan tidak menggunakan paku, Rumoh Aceh bisa bertahan hingga 200 tahun.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Krong_Bade
http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-aceh-krong-bade-gambardan.html
https://ibnudin.net/rumah-adat-aceh/
https://www.dekoruma.com/artikel/66154/apa-itu-rumah-adat-aceh
10