Makalah:Kapita Selekta Sains
HAKIKAT SAINS (IPA) Di susun Oleh :
SRIWANDA VAN SOLANG 441415004
Jurusan Kimia Prodi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo 2017
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HAKIKAT SAINS” dengan baik dan lancar. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Sains sebagai salah satu syarat mengikuti kegiatan pembelajaran. Terwujudnya makalah ini, juga tidak terlepas dari hasil bimbingan berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih. penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada pihak-pihak yang membacanya.
Gorontalo, 29 Agustus 2017
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2 1.3 Tujuan ............................................................................................................ 3 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4 2.1 Hakikat sains ................................................................................................. 4 2.2 Pengertian sains ............................................................................................. 5 2.3 Pengertian ipa sebagai ilmu .......................................................................... 8 2.4 Aspek sains sebagai ilmu .............................................................................. 8 2.5 Pengertian sains sebagai produk ................................................................... 9 2.6 Pengertian sains sebagai proses .................................................................... 13 2.7 Pengertian nilai-nilai sais/ipa ........................................................................ 17 2.8 Kedudukan ilmu pengetahuan alam (IPA/sains) ........................................... 19 2.9 Hakekat sains dan pembelajaran sains .......................................................... 20 2.10 Hakekat pendekatan sains, teknologi dan masyarakat ................................. 21 2.11 Implementasi pendekatan sains, teknologi dan ............................................. 24 2.12 Hakekat pendidikan ilmu pengetahuan alam/sains ...................................... 28 2.13 Manfaat sains ............................................................................................... 29
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 31 3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 31 3.2 Saran ............................................................................................................... 31 Daftar Pustaka
BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Hal ini tentu saja berimplikasi terhadap kegiatan pembelajaran IPA. IPA dan pembelajaran IPA tidak hanya sekedar pengetahuan yang bersifat ilmiah saja, melainkan terdapat muatan IPA, keterampilan proses dan dimensi yang terfokus pada karakteristik sikap dan watak ilmiah. (BSNP, 2006) Berbagai permasalahan dalam implementasi pendidikan IPA yang sesuai dengan hakikatnya sangat kompleks, karena itu pemikiran-pemikiran masih terus disumbangkan untuk memecahkan permasalahan itu. Pendidikan IPA dihadapkan dengan permasalahan diantaranya perangkat pembelajaran IPA yang mampu mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu melalui tema tertentu, antar konsep dalam satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain, konsep dalam mata pelajaran sehingga guru dan peserta didik memiliki bekal kompetensi dari berbagai disiplin ilmu. Permasalahan mendasar adalah pembelajaran IPA belum berorientasi pada keterampilan proses sains seutuhnya sehingga kemampuan berpikir dan kemampuan berinkuiri belum optimal. Keterampilan berinkuiri peserta didik perlu dikembangkan karena karakteristik pembelajaran IPA harus dilakukan dengan inkuiri ilmiah. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran terpadu yang menekankan pada keterampilan proses dan produk. Kenyataannya pembelajaran IPA di lapangan juga ditemukan Depdiknas (2008) menyatakan bahwa kecenderungan pembelajaran IPA di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran hanya berorientasi pada hasil tes/ujian, pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, 2. Pembelajaran bersifat teacher centered, guru hanya meyampaikan IPA sebagai produk dan pseserta didik menghafal informasi faktual, 3. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya, cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor, alasan
yang sering
dikemukakan guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar dan jumlah peserta didik disetiap kelas terlalu banyak, 4. Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk yang berkaitan dengan domain kognitif. Oleh karena itu, seorang guru perlu dibekali kemampuan pedagogi, kompetensi mengenai hakikat dan nilai-nilai IPA, serta pengetahuan integrasi IPA dalam tataran disiplin itu sendiri maupun relasinya dengan berbagai disiplin ilmu. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1
Apa hakikat sains?
1.2.2
Apa pengertian sains?
1.2.3
Apa pengertian ipa sebagai ilmu?
1.2.4
Bagaimana aspek sains sebagai ilmu?
1.2.5
Bagaimana pengertian sains sebagai produk?
1.2.6
Bagaimana pengertian sains sebagai proses?
1.2.7
Apa pengertian nilai-nilai sais/ipa?
1.2.8
Bagaimana kedudukan ilmu pengetahuan alam (IPA/sains)?
1.2.9
Apa hakekat sains dan pembelajaran sains ?
1.2.10
Bagaimana hakekat pendekatan sains, teknologi dan masyarakat?
1.2.11
Bagaiman implementasi pendekatan sains, teknologi dan masyarakat dalam pembelajaran?
1.2.12
Apa hakekat pendidikan ilmu pengetahuan alam/sains?
1.2.13
Apa manfaat sains?
1.3 Tujuan 1.3.1
Mahasiswa dapat mengetahui hakikat sains.
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui pengertia sains/ipa. 1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian ipa sebagai ilmu . 1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui aspek sains sebagai ilmu. 1.3.5 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian sains sebagai produk. 1.3.6 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian sains sebagai proses. 1.3.7 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian nilai-nilai sains/ipa 1.3.8 Mahasiswa dapat mengetahui kedudukan
ilmu
pengetahuan
alam
(IPA/sains). 1.3.9 Mahasiswa dapat mengetahui hakekat sains dan pembelajaran sains 1.3.10 Mahasiswa dapat mengetahui hakekat pendekatan sains, teknologi dan masyarakat. 1.3.11 Mahasiswa dapat mengetahui implementasi pendekatan sains, teknologi dan masyarakat dalam pembelajaran. 1.3.12 Mahasiswa dapat mengetahui hakekat pendidikan ilmu pengetahuan alam/sains 1.3.13 Mahasiswa dapat mengetahui manfaat sains.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakikat sains (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribgemerumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. H.W. Powler mendefinisikan pengertian tentang ilmu pengetahuan alam adalah sebagai “Systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and based mainly on observation and induction“. Artinya adalah, “Ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi“. Robert B Sund mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably t". Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas. Ilmu pengetahuan alam atau sains adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. IPA dapat juga
didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang sistematik dari gejala-gejala alam. Unsur utama yang terdapat dalam IPA yaitu sikap manusia, proses, dan produk yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Rasa ingin tahu pada masalah yang terjadi di alam merupakan sikap manusia; manusia kemudian mencoba memecahkan masalah yang dihadapinya, pada tahapan digunakan proses atau metode dengan cara menyusun hipotesis, melakukan kegiatan untuk membuktikan kebenaran hipotesisnya, dan mengevaluasi apa yang telah dilakukannya. Hasil atau produk dari kegiatan yang telah dilakukannya tersebut berupa fakta-fakta, prinsip-prinsip, atau teori-teori. 2.2 Pengertian Hakikat Ipa Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu Scientia yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”. IPA biasa disebut juga dengan natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Singkatnya IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Hendro Darmojo, 1992:3). Hampir setengah abad yang lalu, Vessel (1965) memberikan jawaban yang sangat singkat tetapi bermakna yakni “science is what scientists do”. Sains adalah apa yang dikerjakan para ahli sains (saintis). Pada bagian lain Vessel (1965:3), mengemukakan bahwa “science is an intellectual search involving inquiry, rational thought, and generalitazion”.Hal itu mencakup teknis sains yang sering disebut sebagai proses sains, sedangkan hasilnya berupa fakta-fakta dan prinsip biasa disebut produk sains. Campbell mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang bermanfaat dan cara bagaimana atau metoda untuk memperolehnya (Poedjiadi, 1987). Sedang
menurut Carin & Sund (1989) sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Selain itu Nash 1993 (dalam Hendro Darmojo, 1992:3) dalam bukunya The Nature of Science, menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metoda untuk mengamati alam. Dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science” Abruscato (1996) juga mendefinisikan tentang sains sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta. Menurutu Abruscato (1992:6) sains dipandang dari berbagai segi, yaitu: 1) Sains adalah proses kegiatan mengumpulkan informasi secara sistematik tentang dunia sekitar. 2) Sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses kegiatan tertentu. 3) Sains dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuan menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Pengertian lain yang juga sangat singkat tetapi bermakna adalah “science as a way of knowing” (Trowbridge & Baybee, 1990:48). Frase ini mengandung ide bahwa sains adalah proses yang sedang berlangsung dengan fokus pada pengembangan dan pengorganisasian pengetahuan. Powler (dalam Winaputra, 1992:122) mengemukakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dan hasil observasi dan eksperimen. Sistematis (teratur) artinya pengetahuanitu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang tuth, seedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten. Winaputra (1992:123) mengemukakaan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi merupakan cara kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah.
Dengan kata lain, sains adalah proses kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiataan tersebut. Sains didasarkan pula pada pendekatan empirik dengan assumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang semata-mata tidak bergantung pada metoda kausalitas tetapi melalui proses tertentu. Misalnya, observasi, eksperimen, dan analisis rasional. Ada 3 karakteristik utama sains menurut Harlen (1997), yakni pertama, memandang bahwa setip orang mempunyai kewenangan untuk menguji validitas (kesahihan) prinsip dan teori ilmiah.Kedua, memeberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang diobservasi. Ketiga, memberi makna bahwa teori sains akan berubah atas dasar perangkat pendukung teori tersebut. Budi juga mengutip beberaa pendapat para ahli dan mengemukakan beberapa rincian hakikat sains, diantarany 1. Sains adalah bangunan atau deretan konsep atau skema konseptual (conceptuall
schemes)yang
saling
berhubungan
sebagai
hasil
eksperimentasi dan observsi (Conant, dalam Kuslan dan Stone, 1978). 2. Sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metoda observasi (Fisher, 1975). 3. Sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semsta melalui data yang dikumpulkan melalui atau eksperimen yang dikontrol (Carin and Sund, 1989). 4. Sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam disekelilingnya dan keinginan untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan (Dawso, 1994). Secara umum dapat dikatakan sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. 2.3 Pengertian Ipa Sebagai Ilmu 1. Pengertian Paul Hurs (1983) menyatakan bahwa krisis dalam pendidikan IPA terletak pada tekanan-tekanan untuk menegakkan pengakuan- pengakuan (legitimasi) akan
pendidikan sains sebagai disiplin ilmu dan untuk mengajukan bukti akan kegunaan dan berharganya penelitian- penelitian yang dihasilkannnya. Sebagian dari legitimasi itu terletak pada deskripsi yang lebih cepat mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk pendidikan sains. Deskripsi semacam itu bukan hanya harus memberi arti pada penelitian dan hal- hal yang bersifat praktis, melainkan juga menjalin hubungan dengan ilmu yang lain. 2.4 Aspek Sains Sebagai Ilmu Sains sebagai ilmu secara umum sekurang- kurangnya mencakup 3 aspek yaitu aspek aktivitas, metoda dan pengetahuannya. Ketiga aspek tersebut merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Artinya keberadaan dan perkembangan ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia aktivitas harus dilaksanakan dengan menggunakan metode tertentu dan akhirnya aktivitas metodis tersebut akan menghasilkan pengetahuan yang sistematis.Sains sebagai aktivitas manusia mengandung tiga dimensi (The Liang Gie, 1991), yaitu:
Rasional
Merupakan proses pemikiran yang berpegang pada kaidah- kaidah logika.
Kognitif
Merupakan proses mengetahui dan memperoleh pengetahuan
Teleologis
Artinya untuk mencapai kebenaran, memberikan penjelasan / pencerahan dan melakukan penerapan dengan melalui peramalan dan pengendalian. Sains sebagai suatu metode dapat berbentuk :
Pola Prosedural, yang meliputi Pengamatan, Pengukuran, Deduksi, Induksi, Analisis, Sintesis, dll.
Tata langkah, yaitu urutan proses yang diawali dengan penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penarikan kesimpulan dan pengujian hasil. Dalam perkembangan tata langkah ini dikenal dengan metode ilmiah sains
sebagai pengetahuan yang sistematis terkait dengan obyek material atau bidang permasalahan yang dikaji. Obyek material sains dapat dibedakan atas: Benda fisik/mati, Makhluk hidup, Peristiwa social, Ide abstrak.
Dengan pengertian seperti itu maka sains dapat digambarkan sebagai suatu segitiga sama sisi dimana masing- masing titik sudutnya merupakan aktivitas, metode, dan pengetahuan. 2.5 Pengertian Sains Sebagai Produk Pengertian IPA sebagai produk maksudnya adalah lebih menekankan pada memahami apa yang sudah dihasilkan oleh IPA itu sendiri misalnya, prinsippinsip, hukum-hukum, dan rumus-rumus. Usaha pemahaman siswa terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan penggunaan rumus-rumus yang berlaku dalam IPA menunjukkan hakekat IPA sebagai produk. Pemahaman yang dilakukan siswa
terhadap
prinsip-prinsip,
hukum-hukum,
dan
rumus-rumus
tidak
memerlukan urutan atau tahapan tertentu. Siwa cukup memahami isi kandungan dari prinsip atau hukum yang sedang dipelajarinya itu. Jika siswa hanya mempelajari prinsip-prinsip, hukum-hukum, rumusrumus dengan cara seperti itu, berarti siswa hanya mempelajari apa yang sudah dihasilkan (produk) oleh para ahli tanpa memikirkan/mengetahui bagaimana caranya prinsip-prinsip, hukum-hukum, rumus-rumus itu ditemukan. Kegiatan yang dilakukan siswa seperti itu berarti telah mengganggap IPA hanya sebagai produk saja.
Fakta IPA Fakta merupakan produk sains yang paling dasar.Fakta diperoleh dari hasil
observasi secara intensif dan kontinu atau terus menerus, secara verbal fakta adalah pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau peristiwa yang sungguh terjadi. Iskandar (1997:3) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benarbenar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif. Susanto (1991:3) mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda, tempat, atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian.
“Facts” are the specific types of information which the student is expected to . The may include dates, names, of persons or event, and descriptions(Worthen & Sanders, 1986). Fakta adalah bentuk informasi yang spesifik yang harus diingat oleh siswa.Termasuk di dalamnya , waktu kejadian, nama orang atau peristiwa yang harus diingat. Contoh produk sains yang merupakan fakta adalah: -
Gula rasanya manis
-
Air membeku pada suhu 0 c
-
Atom hydrogen memiliki satu electron.
-
Merkurius adalah planet terdekat dengan matahari
-
Ular termasuk golongan reptilian
-
Logam tenggelam dalam air
-
Bentuk bulan yang terliahat dari bumi berubah-ubah
-
Katak berkembang biak dengan cara bertelur
Konsep IPA Konsep dalam sains dinyatakan sebagai abstraksi tentang benda atau
peristiwa alam. Konsep juga diartikan sebagai suatu definisi atau penjelasan. Konsep juga merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta sains yang saling berhubungan. Konsep adalah kosakata khusus yang dipelajari siswa. Siswa diharapkan dapat menjelaskan konsep yang dipelajari, mengenal ilustrasi konsep, kesamaan suatu konsep dan mengtahui bahwa penggunaan konsep itu benar atau salah.“A concept has been learned when an individual responds to a wide variety of stimuli that belong tothe same category or calassification” (Page, Thomas, Marshall, 1980). Suatu konsep dianggap telah dipelajari jika seseorang dapat memberikan tanggapan terhadap pertanyaan atau rangsangan yang bervariasi atau kategori yang sama. Abstraksi atau konsepsi tentang masing- masing konsep tersebut adalah: -
Hewan bedarah dingin adalah hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungannya.
-
Gas adalah zat yang bentuk dan volumenya dapat berubah-ubah.
-
Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet.
-
Air adalah zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hydrogen dan 1 atom oksigen Contoh produk sains yang merupakan konsep adalah hewan berdarah
dingin, gas, satelit, air, semua zat tersusun atas partikel-partikel ; benda-benda hidup dipengaruhi oleh lingkungan ; materi akan berubah tingkat wujudnya bila menyerap atau melepaskan energy.
Prinsip IPA Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep
IPA.“Principlesbring stogether a large number or facts or describe the interrelationship of facts”(Worthen and Sanders, 1986). Prinsip merupakan kumpulan sejumlah besar fakta atau menjelaskan saling keterhubungan sejumlah fakta. Prinsip IPA bersifat analitik sebab merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa contoh. Menurut para ilmuan prinsip merupakan deskripsi yang paling tepat tentang objek atau kejadian. Prinsip dapat berubah bila observasi baru dilakukan, sebab prinsip bersifat tentative. Contoh produk sains yang merupakan prinsip ialah udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas, dan pemuaian. Prinsip ini menyatakan jika udara dipanaskan maka akan memuai. Contoh lainnya yaitu semakin besar kuat cahaya, hasil fotosintesis semakin banyak. Selain itu larutan yang bersifat asam bila yang dicampur dengan larutan yang bersifat basa akan membentuk garam yang bersifat netral.
Hukum IPA Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik.Hukum sains adalah prinsip-
prinsip yang sudah diterima kebenarannnya yang meskipun sifatnya tentative tetapi mempunyai daya uji yang kuat sehingga dapat bertahan dalam waktu yang relative lama. Kekhasan hukum dapat ditunjukkan dari : -
Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian.
-
Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable..
Contoh: -
Hukum Ohm menunjukkan hubungan antara hambatan dengan kuat harus dan tegangan listrik, yaitu “ besarnya hambatan
sebanding dengan besarnya tegangan listrik tetapi berbanding terbalik dengan kuat arusnya”. -
Hukum Avogadro : menjelaskan tentang hubungan antara jumlah molekul dengan volume suatu gas yaitu: “pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama banyak”. Maksudnya bila dua volum gas hydrogen bereaksi dengan satu volume gas oksigen membentuk dua volume uap air, yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi: 2H2 + O2
2H2O
Teori IPA Teori adalah generalisasi tentang berbagai prisip yang dapat menjelaskan
dan meramalkan fenomena alam.teori juga dapat berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Contoh produk sains yang merupakan teori adalah : Teori Meteorologi memprediksi kapan akan mulai musim penghujan atau menjelaskan mengapa terjadi gelombang tsunami. Teori Atom menjelaskan bagaimana kekekalan massa baik sebelum reaksi maupun sesudah reaksi kimia terjadi. Teori Geosentrik alam semesta yang menonjol lima ratus tahun yang lalu sekarang hanya merupakan bagian dari segala dan tidak berklaku lagi. Untuk mendapatkan produk sains seperti tersebut diatas para ilmuan melakukan kegiatan yang dikenal dengan proses sains. Oleh karena itu sains sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari sains sebagai suatu proses. 2.6 Pengertian Sains Sebagai Proses 1.
Pengertian Pengkajian sains dari segi proses disebut juga keterampilan proses sains (sains
science process skills) atau disingkat saja denga proses sains. Proses sains adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjutnya. Dengan
keterampilan proses siswa dapat mempelajari sains sesuai dengan apa yang para ahli sains lakukan, yakni melalui pengamatan, klasifikasi, inferensi, merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen. Beberapa ahli memberi kontribusi dalam pengertian dan penerapan proses sains. Disarankan agar proses sains difokuskan pada alat atau cara untuk menemukan produk sains. Seorang guru tidaklah lagi berfikir bahwa sains adalah “ kata benda- badan pengetahuan atau fakta yang harus dihafal-tetapi sebagai” tata kerja”- aktif, berbuat, menyelidiki. Pada tingkat ini bagaimana siswa mendapatkan informasi sains jauh lebih baik daripada berapa banyak materi sains yang diketahui. Memang pada prakteknya apa yang dikenal sebagai IPA tidak dapat dipisahkan dari metoda-metoda penelitian. Memahami IPA lebih dari hanya mengetahui fakta-fakta dalam IPA, memahami IPA berarti juga memahami proses IPA, yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai prosedur empiric dan prosedur analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Proses sains adalah perubahan dalam dimensi afektif dan psikomotor yakni sejauh mana siswa mengalami kemajuan dalam proses sains yang antara lain meliputi kemampuan observasi, klasifikasi, kuantifikasi, inferensi, komunikasi dan proses lainnya. Seorang ilmuan menggunakan cara khusus untuk memecahkan masalah yang dihadipinya. Cara memecahkan masalah itu sering diberi nama “Metode Ilmiah” seorang ilmuan umumnya bekerja secara ilmiah, yaitu menggunakan metoda ilmiah. Berikut adalah langkah-langkah metoda ilmiah, yaitu : a. Menyadari adanya masalah dan keinginan untuk memecahkan. Masalah perlu dirumuskan dengan jelas, dan dibatasi ruang lingkupnya agar pemecahannya lebih terfokus. b. Mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah. data yang terkumpul diolah/dianalisis atau disintesis untuk merumuskan hipotesis.
c. Merumuskan
hipotesis
berdasarkanalasan
atau
pengetahuan
yang
merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah. Hipotesis bersifat tentative dan dapat diuji apakah benar atau diterima atau salah atau ditolak. d. Menguji hipotesis, dapat ditempuh dengan cara melakukan eksperimen atau melakukan observasi tergantung dengan cara melakukan eksperimen. e. Menarik kesimpulan, kesimpulan dibuat berdasar data atau informasi yang dikumpulkan dalam eksperimen atau observasi. Data atau informasi yang dimaksud adalah data atau informasi dalam rangka pengujian hipotesis. Hasil belajar sains dari segi proses dapat dibedakan dari produk dengan melihat proses yang dilakukan siswa dalam belajara. konsep air membeku pada 0 dan mendidih pada 100 , misalnya dapat saja diketahu siswa denga membaca buku atau diberitahukan oleh guru. akan tetapi,kesan pengetahuan yang diperolehnya akan sangat berbeda jika melihat sendiri dengantermometer pada suhu berapa air yang membeku dan yang mendidih. 2.
Keterampilan Proses IPA Pada tingkat sekolah dasar, Rezba, et.al. (1955)
menyarankan untuk
menguasai keterampilan dasar proses sains (Basic Science process skills). Keterampilan proses IPA atau keterampilan sains sering disebut juga keterampilan belajar seumur hidup, sebab keterampilan dapat juga dipakai untuk kehidupan sehari-hari dan untuk bidang studi yang lain. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuan (Iskandar, 1997: 5) . Untuk melakukan proses sains dibutuhkan berbagi macam keterampilan antara lain keterampilan:
Mongobservasi IPA selalu memulai dengan observasi.Observasi merupakan langkah
pertama yang penting bagi seorang ilmuan untuk memulai menggunakan metoda ilmiah.”Observasi” atau”pengamatan”, apakah sama artinya dengan melihat? observasi lebih daripada sekedar melihat dengan mata. mengobservasi atau mengamati adalah keterampilan untuk mendapatkan data atau informasi dengan menggunakan indera.Dapat dilakukan dengan cara melihat, meraba, mengcap,
membau, dan mendengar. tetapi serinng pula ilmuan harus mengamati sesuatu yang tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasa. Untuk itu ia sering menggunakan alat, sering pula inderanya tidak cukup untuk dipercaya dan hasilnya yang kurang memuaskan sebagai contoh dengan mengobservasi dapat diperoleh informasi tentang warma, bentuk, dan gerakannya.
Mengklasifikasi atau Menggolongkan Merupakan keterampilan untuk melihat persamaan dan perbedaan suatu
obyek sehingga dengan dasar tersebut obyek dapat dikelompokkan atau dipisahkan dari yang lain. contohnya pengkelompokkan makhluk hidup yang memiliki persamaan yaitu kelompok hewan yang bersayap dan bekaki enam meliputi balalang, kupu-kupu dan nyamuk.
Menyimpulkan Menyimpulkan merupakan kemampuan untuk menyatakan hasil penilaian
atau suatu obyek atau kejadian atau fenomena.Penilaian tersebut ditentukan atau dasar fakta dan konsep atau prinsip-prinsip yang telah diketahui. Contoh proses menyimpulkan adalah bila dari kegiatan pengamatan terhadap perubahan kertas yang ditetesi dengan berbagai macam larutan. -
Mengiferensi Merupakan kemampuan untuk membuat ramalan tentang kejadian yang
akan datang berdasarkan hasil observasi yang pernah dilakukan, konsep atau prinsip yang telah diketahui. Oleh karena itu keterampilan menginferensi disebut juga dengan istilah memprediksi. Contoh proses menginferensi adalah bila dari hasil observasi sebelumnya telah disimpulkan bahwa larutan yang bersifat asam akan merubah warna kertas lakmus menjadi merah atau orange, larutan yang bersifat basa akan merubah warna kertas lakmus menjadi biru dan cairan yang bersifat netral tidak merubah warna kertas lakmus.
Mengukur Mengukur adalah keterampilan untuk menentukan kuantitas alat ukuran
suatu obyek dengan membandingkan atau menggunakan alat ukur yang sesuai.Misalnya untuk mengukur suhu digunakan thermometer, untuk mengukur panjang digunakan mistar, dan untuk mengukur pH digunakan pH meter.
Menggunakan hubungan antar ruang dan waktu Meliputi keterampilan untuk menjelaskan posisi suatu benda terhadap
benda yang lain, menjelaskan posisi benda terhadap waktu dan membuat dugaan keadaan yang akan datang berdasarkan apa yang telah diketahui saat ini. Contoh : dari hasil pengamatan dan pengukuran tinggi dan arah bayangan benda yang terbentuk karena sinar matahari pada pukul 07.00, 08.00, 09.00, dan 10.00 dapat menggunakannya untuk memprediksi atau untuk memnentukan dimana arah atau tinngi bayangan benda tersebut pada pukul 14.00 atau 15.00.
Mengkomunikasikan Mengkomunikasikan adalah menyampaikan perolehan atau hasil belajar
atau penemuannya pada orang lain. Penyampaiannya dapat secara lisan atau tertulis.Perwujudannya bisa dalam bentuk gambar, grafik, diagram, atau skema dan cerita atu uraian yang mudah dipahami.
Merancang penelitian Merupakan keterampilanproses yang terintegrasi dan dibutuhkan pula
keterampilan merumuskan hipotesis, menetukan atau mengidentifikasi variable dan merumuskan devinisi operasional.
Melakukan Eksperimen Adalah keterampilan proses terintegrasi, bahkan merupakan puncak atau
muara dari keterampilan proses yang lain.Dalam melakukan eksperimen juga diperlukan keterampilan menafsirkan, menganalisis, dan mensintesis data. Dalam melakukan proses sains agar menghasilkan produk yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya perlu dilandasi dengan sikap yang ilmiah.Beberapa kreteria yang termasuk sikap ilmiah utama dalam berproses sains ialah: 1. Obyektif terhadap fakta artinya mengungkapkan apa adanya, misalnya rasa senang atau tidak senang terhadap obyek. Obyektifitas dalam proses sains agar produk yang dihasilkan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain. 2. Terbuka, artinya bersedia menerima atau mempertimbangkan pendapat atau hasil penemuan orang lain yang secara keilmuan benar, sekalipun pendapat atau penemuan itu bertentangan denga penemuannya sendri.
3. Teliti, artinya cermat dalam melakukan observasi atau pengukuran. 4. Krisis atau gelisah terhadap permasalahan yang ada sehingga timbul keingintahuan
terhadap
masalah
tersebut
dan
terdorong
untuk
menyelidikinya. 5. Tidak putus asa. 2.7 Pengertian Nilai-Nilai Sains/Ipa Nilai-nilai IPA adalah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai nonkebendaan berupa nilai praktis, intelektual, sosial-budaya-ekonomipolitik, pendidikan dan juga nilai keagamaan (Trianto, 2008). a.
Nilai praktis Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang
secara langsung dapat dimanfaatkan masyarakat. Teknologi tersebut membantu pula mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi kehidupan. Dengan demikian, sains mempunyai nilai praktis yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: penemuan listrik oleh Michael Faraday yang diterapkan dalam teknologi hingga melahirkan alat-alat listrik yang bermanfaat bagi kehidupan. b.
Nilai intelektual Metode ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia
untuk memecahkan masalah baik alamiah maupun sosial, ekonomi dan sebagainya. Metode ilmiah telah melatih keterampilan, ketekunan dan melatih mengambil keputusan dengan mempertimbangkan yang rasional dan menuntut sikap-sikap ilmiah bagi penggunanya. Keberhasilan memecahkan masalah tersebut akan memberikan kepuasan intelektual. Dengan demikian, metode ilmiah telah memberikan kepuasan intelektual dan inilah yang dimaksud dengan nilai intelektual. c.
Nilai sosial-budaya-ekonomi-politik IPA mempunyai nilai-nilai sosial-budaya-ekonomi-politik berarti IPA dan
teknologi suatu bangsa menyebabkan bangsa tersebut memperoleh kedudukan
yang kuat dalam percaturan sosial-ekonomi-politik internasional. Contoh: negaranegara maju seperti USA dan Uni Eropa merasa sadar dan bangga terhadap kemampuan atau potensi bangsanya dalam bidang sosial-politik dan mengklaim diri mereka sebagai negara adidaya. Jepang, dengan kemampuan teknologi produksi merupakan negara yang memiliki stabilitas tinggi dalam bidang sosial masyarakat maupun ekonomi yang mampu menguasai pangsa pasar dunia. Selain itu, Jepang juga dikenal sebagai negara yang mampu memadukan antara teknologi dengan budaya lokal (tradisi) sehingga budaya tradisi tersebut tetap eksis bahkan dikenal di seluruh dunia. d. Nilai kependidikan Perkembangan IPA dan teknologi serta penerapan psikologi belajar pada pelajaran
IPA menjadikan IPA bukan hanya sebagai suatu pelajaran
melainkan juga sebagai alat pendidikan. Artinya, pelajaran IPA dan pelajaran lainnya merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai tersebut antara lain: 1. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut metode ilmiah. 2. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan dan mempergunakan peralatan untuk memecahkan masalah. 3. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah. e.
Nilai keagamaan Seorang ilmuan yang beragama akan lebih tebal keimanannya, karena selain
didukung dogma-dogma agama juga ditunjang oleh alam pikiran dari pengamatan terhadap fenomena-fenomena alam sebagai manifestasi kebesaran Tuhan. Charles Townes peraih nobel 1964 mengatakan bahwa banyak orang yang merasakan bahwa pastilah ada sesuatu yang Mahapintar dibalik kehebatan hukum alam. Hal yang sama dikatakan oleh John Polkinghorne, ahli fisika yang sekarang menjadi pendakwah Gereja Anglikan yang mengatakan bahwa jika anda menyadari bahwa hukum alam telah melahirkan jagad raya yang begitu teratur maka hal itu pastilah tidak terjadi semata-mata karena kebetulan tetapi pasti ada tujuan dibalik itu semua.
Dengan demikian, jelas bahwa IPA mempunyai nilai keagamaan yang sejalan dengan pandangan agama sehingga Albert Einstein mengatakan bahwa sains tanpa agama adalah buta dan agama tanpa sains adalah lumpuh. 2.8 Kedudukan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA/Sains) Ilmu berkembang dengan pesat, yang pada dasarnya ilmu berkembang dari dua cabang utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam ilmu-ilmu sosial (the social sciences). Ilmu-ilmu alam dibagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam ialah ilmu yang mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk hidup di dalamnya. Ilmu alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit dan ilmu bumi (the earth sciences) yang mempelajari bumi kita. 2.9 Hakekat Sains Dan Pembelajaran Sains Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan diatas merupakan disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Yang termasuk physical sciences adalah ilmuilmu astronomi,
kimia,
geologi,
mineralogi,
meteorologi,
dan
fisika,
sedangkan life science meliputi anatomi, fisiologi, zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi. IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan " Sains hari ini adalah teknologi hari esok" merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer),
ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology). IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen. 2.10 Hakekat Pendekatan Sains, Teknologi Dan Masyarakat Pendekatan
Sains,
Teknologi
dan
masyarakat
(STM)
adalah
pengindonesiaan dari Science-Technology-Society (STS) yang pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1980-an, dan selanjutnya berkembang di Inggris dan Australia. National Science Teacher Association atau NSTA, mendefinisikan pendekatan ini sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Dengan volume informasi dalam masyarakat yang terus meningkat dan kebutuhan bagi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih mendalam, maka pendekatan STM dapat sangat membantu bagi anak. Oleh karena, pendekatan ini mencakup interdisipliner konten dan benarbenar melibatkan anak sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak. Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian peserta didik terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi. Menurut Raja, keputusan yang dibuat oleh masyarakat biasanya memerlukan penggunaan teknologi untuk melaksanakannya. Bahkan, masyarakat dan ilmu pengetahuan menggunakan teknologi sebagai sarana untuk menyimpan
informasi. Peranan penting yang dimiliki oleh teknologi dapat berfungsi sebagai sarana tindakan dan penyidikan dalam pendekatan STM. Menurut Widyatiningtyas, pendekatan STM dapat menghubungkan kehidupan dunia nyata anak sebagai anggota masyarakat dengan kelas sebagai ruang belajar sains. Proses pendekatan ini dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak dalam mengidentifikasi potensi masalah, mengumpulkan data yang berkaitan
dengan
masalah,
mempertimbangkan
solusi
alternatif,
dan
mempertimbangkan konsekuensi berdasarkan keputusan tertentu. Pendidikan sains pada hakekatnya merupakan upaya pemahaman, penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang hakekat sains melalui pembelajaran. Sains pada hakekatnya merupakan ilmu dan pengetahuan tentang fenomena alam yang meliputi produk dan proses. Pendidikan sains merupakan salah satu aspek pendidikan yang menggunakan sains sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara umum dan tujuan pendidikan sains secara khusus, yaitu untuk meningkatkan pengertian terhadap dunia alamiah. Untuk penyusunan materi pendidikan sains, hendaknya merupakan akumulasi dari konten, proses, dan konteks. Konten, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan fakta, definisi, konsep, prinsip, teori, model, dan terminologi. Proses, berkaitan dengan metodologi atau keterampilan untuk memperoleh dan menemukan konten. Konteks, berkaitan dengan kepentingan sosial baik individu maupun masyarakat atau kepentingan-kepentingan lainnya yang berhubungan dengan perlunya pengembangan dan penyesuaian pendidikan sains untuk menghadapi tantangan kemajuan zaman. Benneth et. al. melaporkan, bahwa pendekatan STM merupakan pendekatan berbasis konteks yang memiliki peranan yang sangat penting dalam memotivasi anak dan mengembangkan keaksaraan ilmiah mereka berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap anak laki-laki dan perempuan yang berkemampuan rendah. Dengan demikian, tujuan pendekatan STM adalah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains
dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. Menurut Rusmansyah, pendekatan STM dilandasi oleh tiga hal penting yaitu: 1. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat. 2. Proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan. 3. Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan aplikasi. Program pembelajaran dengan pendekatan STM pada umumnya mempunyai karakteristik, sebagai berikut: 1. 2.
Identifikasi masalah-masalah setempat. Penggunaan
sumber
daya
setempat
yang
digunakan
dalam
memecahkan masalah. 3.
Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah.
4.
Perpanjangan pembelajaran di luar kelas dan sekolah.
5.
Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
6.
Isi dari pembelajaran bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa dalam kelas.
7.
Penekanan pada keterampilan proses di mana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah.
8.
Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
9.
Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak di masa depan.
10.
Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.
2.11 Implementasi Pendekatan Sains,Teknologi Dan Masyarakat Dalam Pembelajaran Menurut Poedjiadi, pelaksanaan pendekatan STM dapat dilakukan melalui tiga macam strategi, yaitu: a. Strategi pertama, menyusun topik-topik tertentu yang menyangkut konsep-konsep yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Pada strategi ini, di awal pembelajaran (topik baru) guru memperkenalkan atau menunjukkan kepada peserta didik adanya isu atau masalah di lingkungan anak atau menunjukkan aplikasi sains atau suatu produk teknologi yang ada di lingkungan mereka. Masalah atau isu yang ada di lingkungan masyarakat dapat pula diusahakan agar ditemukan oleh anak sendiri setelah guru membimbing dengan cara-cara tertentu. b. Strategi kedua, menyajikan suatu topik yang relevan dengan konsepkonsep tertentu yang termasuk dalam standar kompetensi atau kompetensi dasar. Pada saat membahas konsep-konsep tertentu, suatu topik relevan yang telah dirancang sesuai strategi pertama dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dengan demikian program STM merupakan suplemen dari kurikulum. c. Strategi ketiga, mengajak anak untuk berpikir dan menemukan aplikasi konsep sains dalam industri atau produk teknologi yang ada di masyarakat di selasela kegiatan belajar berlangsung. Contoh-contoh adanya aplikasi konsep sains, isu atau masalah, sebaiknya diperkenalkan pada awal pokok bahasan tertentu untuk meningkatkan motivasi peserta didik mempelajari konsep-konsep selanjutnya, atau mengarahkan perhatian peserta didik kepada materi yang akan dibahas sebagai apersepsi. Untuk mengimplementasikan pendekatan STM dalam pembelajaran, Dass (1999) dalam Raja (2009) mengemukakan empat langkah kegiatan kelas yang secara komprehensif merupakan upaya mengembangkan pemahaman murid dan pelaksanaan suatu proyek STM yang berhubungan preservice guru. Keempat langkah pembelajaran tersebut adalah fase invitasi atau undangan atau inisiasi, eksplorasi, mengusulkan penjelasan dan solusi, dan mengambil tindakan.
2.12 Hakekat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam/Sains Tujuan Pendidikan Nasional Negara Indonesia adalah: “Untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan terampil dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasaan yang tinggi dan disertai dengan budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan-ketentuan UUD 1945“. Tujuan Pendidikan Nasional tersebut kemudian dijabarkan lagi kedalam kurikulum untuk setiap mata pelajaran. Tentunya setiap mata pelajaran mampunyai perannya sendiri dalam mencapai tujuan nasional yang telah dirumuskan oleh pemerintah. IPA telah dinilai mempunyai peran yang sangat besar dalam usaha mensejahterakan dan mencerdaskan kehidupan suatu bangsa. Hal ini disebabkan IPA merupakan dasar dari teknologi; sedangkan teknologi itu sendiri merupakan tulang punggung kemajuan suatu negara. Pada hakekatnya Pendidikan IPA di Indonesia bertujuan untuk:
Memberi pengetahuan sebagai bekal hidup kepada anak tentang dunia dimana mereka hidup, agar anak tidak keliru terhadap alam sekitar.
Memberi bekal pengetahuan praktis , agar anak dapat menyongsong dan menghadapi kehidupan modern yang serba praktis dan tepat.
Menanamkan sikap hidup yang ilmiah; seperti sikap objektif, tidak tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan, terbuka, dapat membedakan antara fakta dan opini, bersifat hati-hati, dan mempunyai rasa ingin menyelidiki.
Memberikan keterampilan yang dapat digunakan dalam mengatasi segala permasalahan yang ditemukan dalam kehidupannya.
Menanamkan rasa hormat dan menghargai kepada penemu-penemu IPA, yang telah banyak berjasa bagi kesejahteraan dunia dan manusia.
Menanamkan rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Hakekat pendidikan IPA yang diuraikan di atas baru akan dapat tercapai jika semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan bahu membahu dalam usaha mencerdaskan manusia Indonesia. Tentunya semua itu baru dapat berjalan dengan baik jika ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Jika sarana dan prasaran penunjang tidak baik, maka usaha mencerdaskan manusia Indonesia seutuhnya akan sulit terwujud. 2.13 Manfaat Sains a. Dalam Penyediaan Pangan. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi dalam bidang penyediaan pangan melahirkan Panca Usaha Tani yang merupakan Program Pemerintah. Panca Usaha Tani meliputi varitas unggul, pupuk, pestisida, pola tanam dan pengairan. 1. Varitas unggul adalah pilihan utama dari bibit yang pada penanaman diharapkan akan diperoleh buah yang bermutu unggul pula. 2. Pupuk, yang merupakan bahan makanan pokok dari tanaman, yang merupakan hasil dari perkembangan Ilmu Pengetahuna Alam dan teknologi adalah Urea, Z.A, Superfosfat, Pupuk kompos, Pupuk kandang, dan lain-lain. 3. Pestisida merupakan bahan kimia yang dipakai untuk memberantas hama dan penyakit yang merusak tanaman sehubungan dengan usaha-usaha mempertinggi hasil produksi. Beberapa pestisida antara lain : Insektisida, Herbisida, Fungisida. 4. Pola
tanam
yang teratur
akan
mempermudah
pengawasan
dan
pemeliharaan terhadap tanaman. 5. Pengairan adalah adanya bendungan atau waduk penampungan air beserta saluran primer, sekunder, dan drainase untuk mengairi lahan pertanian. b. Penyediaan Sandang Setelah adanya kemajuan Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi, telah dikembangkan jenis-jenis serat seperti nylon, rayon, tetoron, dakron, poliester,
dan tetrek. Hal ini dikarenakan serat-serat sintetis dengan suatu katalisa yang cocok mempunyai sifat mekanik yang tinggi dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. c. Penyediaan Papan Dewasa ini, para ilmuwan berusaha untuk memanfaatkan lautan dan ruang angkasa sebagai pemukiman. Mereka membuat pulau-pulau disertai peternakan dan perkebunan laut. Sedangkan dalam jangka panjang, pemukiman diantariksa sedang dalam penelitian, walaupun untuk mewujudkan itu semua merupakan tantangan yang berat, namun mengingat kemampuan dan usaha manusia yang tinggi, kemungkinan yang dipaparkan di atas bukan lagi suatu impian kosong.
BAB III PENUTUP 3.1 kesimpulan Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidangsains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam. Berdasarkan
penjelasan
sebelumnya
dapat
disimpulkan
sebagai
berikut.IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Proses pembelajaran IPA lebih ditekankan pada keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teoriteori, sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan 3.2
Saran Dari pembahasan di atas penulis mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan kita semua, penulis mengharapkan kemajuan ilmu pengetahuan dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA Asy’ari, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains . Jakarta: Depdiknas. Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdiknas. Collette, Alfred T. & Chiappetta Eugene L. 1994. Science Instruction in the Middle and Secondary Schools, third edition. Macmillan Publishing company: New York. Iskandar, Sarin.M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Depdikbud. Lukum, Astin. 2015. Sains Untuk Semua. repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/4 20/sains-untuk-semua.pdf R. Rohadi. 1997. Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan Sains—makalah. Dalam buku kumpulan tulisan, Pendidikan Sains yang Humanistis. Penerbit Kanisius: Yogyakarta. Subiyanto, M. Sc, Dr. 1988. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Depdikbud: Jakarta. Sudjana. (1997). Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Thursinawati, 2012, Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Pemahaman Hakikat Sains Siswa, Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2012: 2. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksa