I.
Konsep Kebutuhan 1.1 Definisi Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hierarki Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan kesehatan temperatur tubuh (Mubarak, 2008). Termoregulasi tak efektif yaitu keadaan ini dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh normal secara efektif karena faktor-faktor eksternal tidak sesuai atau mengalami perubahan (Tamsuri, 2006). Salah satu efek dari tergangguanya termoregulasi adalah demam atau hipertermi. Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk mempertahankan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam yang berhubungan dengan infeksi kurang lebih hanya 29-52%, sedangkan 1120% dengan keganasan, 4% dengan penyakit metabolik, 11-12% dengan penyakit lain (Avin, 2007).
Normalnya
suhu
tubuh
berkisar
36º-37ºC,
suhu
tubuh
dapat
diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Produksi panas dapat meningkat atau menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit atau setres. Suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas maupun dingin dapat memicu kematian (Hidayat, 2008). a. Asal Panas Pada Tubuh Manusia a) Laju metabolisme basal (Basal Metabolisme Rate, BMR) BMR merupakan pemanfaatan energy di dalam tubuh. Besarnya BMR bervariasi sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
Faktor yang menyebabkan BMR meningkat diantaranya cidera, demam, dan infeksi. Meningkatnya BMR menunjukkan tingginya metabolisme yang dialami klien. b) Laju cadangan metabolism yang disebabkan aktifitas otot. Termasuk kontraksi otot akibat menggigil. c) Peningkatan produksi tiroksin Hipotalamus merespon terhadap dingin dengan melepas factor releasing. Faktor ini merangsang tirotropin pada adenohipofise untuk merangsang pengeluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid. Efek tiroksin meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh tubuh dan memproduksi panas. d) Termogenesis kimia Perangsangan produksi panas melalui sirkulasi norepineprin dan epineprin atau melalui perangsangan saraf simpatis. Hormonhormon ini segera meningkatkan nilai metabolisme sel di jaringan tubuh. Secara langsung norepineprin dan epineprin mempengaruhi hati dan el-sel otot sehingga meningkatkan aktifitas otot. e) Demam Demam meningkatkan metabolisme tubuh. Reaksi-reaksi kimia meningkat rata-rata 120% untuk setiap peningkatan suhu 10o.
b. Sistem Pengaturan Suhu Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 36,8-37,4oC. Apabila pusat temperature hipotalamus mendekati suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point).
Tubuh manusia memiliki seperangkat system yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikanal suhu inti (core temperature) yaitu suhu yang terdapat
pada jaringan dalam, seperti cranial, toraks, rongga
abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relative konstan (±37oC). selain itu ada suhu permukaan (surface temperature), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40oC. Lokasi pengukuran temperature tubuh : ketiak (aksila), sub lingual, atau rectal (dubur). Temperature dubur lebih tingggi 0,30,5oC daripada temperature aksila. Suhu rectal agak konstan bila dibandingkan dengan suhu-suhu di daerah lain.
c.
Perbedaan Suhu USIA
SUHU
3 bulan
37.5
6 bulan
37.7
1 tahun
37.7
3 tahun
37.2
5 tahun
37.0
7 tahun
36.8
9 tahun
36.7
11 tahun
36.7
13 tahun
36.6
Dewasa
36.4
>70 tahun
36.0
Hipotermi : suhu tubuh <36oC. Normal : suhu tubuh antara 36-37.5oC Febris/pireksia : suhu tubuh 37.5-40oC
Hipertermi : suhu tubuh >40oC
1.2 Fisiologi Sistem Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hipothalamus, Hipothalamus ini dikenal sebagai thermostat yang berada dibawah otak. Terdapat dua hipothalamus, yaitu: Hipothalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas Hipothalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas Saraf-saraf yang terdapat pada bagian preoptik hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior memperoleh dua sinyal, yaitu : berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal dari reseptor panas/dingin berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian hipothalamus itu sendiri. Thermostat
hipotalamus
memiliki
semacam
titik
kontrol
yang
disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai dibawah atau naik sampai di titik ini, maka pusat akan memulai impuls untuk menahan panas atau meningkatkan pengeluaran panas. Termoreseptor perifer Termoreseptor yang terletak dalam kulit ,mendeteksi perubahan suhu kulit dan membran mukosa tertentu serta mentransmisi informasi tersebut ke hipotalamus Termoreseptor sentral Termoreseptor ini terletak diantara hipotalamus anterior, medulla spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya juga mendeteksi perubahan suhu darah.
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Suhu tubuh dihasilkan dari :
a.
Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR)
b.
Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat menggigil).
c.
Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
d.
Metabolisme
tambahan
akibat
pengaruh
epineprine,
norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel. e.
Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.
b.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh dari fungsi yang terganggu hingga lingkungan yang ekstrim. Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas,
tubuh
akan melakukan mekanisme
umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point).
Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). Selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 30°C sampai 40°C.
1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Termoregulasi Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan pada suhu tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau prilaku. Berikut adalah faktor yang mempengarui suhu tubuh :
a. Usia Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat.suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari ingkungan yang ektrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ºC sampai 39,5ºC. Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak. Perbedaan secara individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal (Whaley and Wong, 1995).
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sanpai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Nmun rentang shu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ektrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi),
penurunan
jumlah
jaringan*subkutan,
aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.
penurunan
b.
Olahraga Aktivitas
otot
memerlukan
peningkatan
suplai
darah
dalam
pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jaak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC. c.
Kadar hormon Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak, 1993).
d.
Irama sirkadian Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia. Suhu tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai seitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia.
e.
Stres Stres fisik dan emosi menhngkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal
f.
Lingkungan Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.
II. Rencana Asuhan Pasien Dengan Gangguan Termoregulasi 2.1 Pengkajian 2.1.1 Riwayat Keperawatan a. Tempat Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh. Pengukuran suhu yang dilakukan membutuhkan peralatan yang dipasang invasif tetapi dapat digunakan secara intermitten. Tempat yang paling sering digunakan untuk pengukuran suhu seperti oral, rektal, aksila, dan kulit yang mengandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengukuran yang mana panas dari darah dialirkan ke termometer. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan selama setiap fase demam. Selain itu kaji juga faktor-faktor yang memberat peningkatan suhu tubuh seperti dehidrasi, infeksi ataupun suhu lingkungan serta identifikasi respon fisiologis terhadap suhu seperti ukur semua tanda vital, observasi warna kulit, kaji suhu
kulit dan observasi adanya mengiggil atau diaforesis. Menurut Pontious et al yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005), untuk memastikan bacaan suhu yang akurat, tempat yang hendak diukur harus diukur secara akurat. Variasi suhu yang didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi harus antara 36C dan 38C. Walaupun temuan riset dari banyak penelitian didapati bertentangan; secara umum diterima bahwa suhu rektal biasanya 0,5C lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila 0,5C lebih rendah dari suhu oral.
b. Termometer Ada tiga jenis termometer yang digunakan untuk menentukan suhu tubuh adalah air raksa-kaca, elektronik dan sekali pakai. Perawat bertanggung jawab untuk banyak menetahui dan terampil dalam menggunakan alat ukur yang dipilih. Tingkat pendidikan inservice dapat mempengaruhi keakuratan dan reabilitas
pembacaan
menggunakan
derajat
suhu. celsius
Setiap
alat
pengukuran
atau
skala
fahrenheit.
Termometer elektronik membuat perawat dapat mengonversi skala dengan cara mngaktifkan tombol. a) Termometer air raksa-kaca Termometer air raksa-kaca adalah termometer yang paling dikenal, telah digunakan sejak abad ke-15. termometer tersebut terbuat dari kaca yang pada salah satu ujungnya ditutup dan jung lainya dengan bentolan berisi air raksa. Ada 3 jenis termometer kaca, yaitu oral ( ujungnya ramping), stubby, dan rektal (ujungnya berbentuk buah pir). Ujung termometer oral langsing, sehingga memungkinkan pentolan lebih banyak terpapar pada pembuluh darah di dalam mulut. Termometer oral biasanya memiliki ujung berwarna biru. Termometer stubby biasanya lebih pendek
dan lebih gemuk dari pada jenis oral. Dapat digunakan mengukur suhu dimana saja. Termometer rektar memiliki ujung yang tumpul atau runcing, untuk mencegah trauma terhadap jaringan rektal pada saat insersi. Termometer ini biasanya di kenali dengan ujung yang berwarna merah. Keterlambatan waktu pencatatan dan dan mudah pecah merupakan kerugian dari termometer air raksa-kaca. Keuntungan dari termometer air raksa-kaca adalah harga murah, mudah diperoleh, dan banyak tersedia. b) Termometer elektronik Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan tenaga batere yang dapat diisi ulang, kabel kawat yang tipis dan alas yang memproses suhu yang dibungkus dengan kantung plastik sekali pakai. Salah satu bentuk termometer elektronik menggunakan alat seperti pensil. Probe tersendiri yang anti pecah tersedia untuk oral dan rektal. Probe untuk oral dapat juga digunakan untuk mengukur suhu di aksila. Selama 20 sampai 50 detik dari insersi, pembacaan terlihat pada unit tampilan tanda bunyi yang terdengar bila puncak pembacaan suhu terukur. Bentuk lain dari termometer elektronik digunakan secara khusus untuk pengukuran timpanik. Spekulum otoskop dengan ujung sensor inframerah mendeteksi penyebaran panas dari membran timpani. Dalam 2 sampai 5 detik dari mulai dimasukkan ke dalam kanal auditorius, hasilnya terlihat pada layar. Tanda bunyi terdengar saat puncak bacaan suhu telah tercapai. c) Termometer sekali pakai Termometer
sekali
pakai
dan
penggunaan
tunggal
berbentuk strip kecil yang terbuat dari plastik dengan sensor suhu pada salah satu ujungnya. Sensor tersebut
terdiri atas matrik dari lekukan seperti titik yang mengandung bahan kimia yang larut dan berubah warna pada perbedaan suhu. Digunakan untuk suhu oral dan aksila, terutama pada anak-anak. Dipakai dengan cara yang sama dengan termometer aksila dan digunakan hanya sekali. Waktu yang dibutuhkan untuk menunjukkan suhu hanya 60 detik (Ericksonet al, 1996). Termometer di ambil dan dibaca setelah sekitar 10 detik supaya stabil. Bentuk lain dari termometer sekali pakai adalah koyo (patch) atau pita sensitif suhu. Digunakan pada dahi atau abdomen, koyo akan berubah warna pada suhu yang berbeda. Kedua jenis termometer sekali pakai ini berguna untuk mengetahi suhu, khususnya pada bayi yang baru lahir.
2.1.2
Pemeriksaan Fisik ; Data Fokus Pemeriksaan fisik : a. Hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai perintah (2/4 jam) b. Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor (dingin, kering, kemerahan, hangat, turgor menurun) c. Tanda-tanda dehidrasi d. Perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai
dengan
sakit
kepala,
nyeri
otot,
nousea,
photopobia, lemah, letih, dll. 2.1.3 Pemeriksaan Penunjang a. Kultur (luka, sputum, urune, darah) Mengidentifikasi organism penyebab demam/radang. Untuk menentukan obat yang efektif.
b. Sel darah putih : Leucopenia (penurunan SDP) sebelumnya Leucositosis ( 15.000 – 30.000) c. Elektrolit serum : Ketidakseimbangan elektrolit asidosis, perpindahan cairan, perubahan fungsi ginjal. d. Glukosa serum : Sebagai respon dari puasa perubahan seluler dalam metabolisme. e. Urinalisis : bakteri penyebab infeksi.
2.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Diagnosa 1 : Hipertermi berhubungan dengan penyakit
2.2.1 Definisi Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal. 2.2.2 Batasan Karakteristik Kulit merah Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal Frekuensi napas meningkat Kejang dan konvulsi Kulit teraba hangat Takikardia Takipnea 2.2.3 Faktor yang Berhubungan Dehidrasi Penyakit atau trauma Ketidakmampuan berkeringat
atau
penurunan
kemampuan
untuk
Pakaian yang tidak tepat Peningkatan laju metabolisme Obat atau anesthesia Terpajan pada lingkungan yang panas dalam waktu yang lama Aktivitas berlebihan Diagnosa 2 : Hipotermia berhubungan dengan penuaan 2.2.4 Definisi Suhu tubuh dibawah rentang normal
2.2.5 Batasan Karakteristik Kulit dingin Bantalan kuku sianosis Hipertensi Pucat Merinding Penurunan suhu tubuh di bawah rentang normal Menggigil Pengisian ulang kapiler lambat Takikardia
2.2.6
Faktor yang Berhubungan Penuaan Konsumsi alcohol Kerusakan hipotalamus Penurunan laju metabolic Kulit berkeringat pada lingkungan yang dingin Penyakit atau trauma Ketidakmampuan menggigil
atau
penurunan
kemampuan
untuk
Penggunaan pakaian yang tidak mencukupi Malnutrisi Obat-obatan yang menyebabkan vasodilatasi Terpajan lingkungan dingin atau kedinginan dalam waktu lama
2.3 Perencanaan 2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…..x 24 jam suhu tubuh dalam rentang normal. Dengan Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C Kulit tidak teraba hangat Nadi dan pernafasan dalam rentang normal yaitu : Nadi : 60 -100 x/ menit, RR : 16 – 24 x / menit, sistole : 90 – 140 mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional (NIC) Intervensi 1.
Pantau
Rasional
tanda-tanda
vital terutama suhu.
1. Tanda-tanda vital merupakan acuan
untuk
mengetahui
keadaan umum pasien terutama suhu tubuhnya 2. Beri
pasien
banyak
2. Dengan minum banyak air
minum air (1500-2000
diharapkan cairan yang hilang
cc/hari).
dapat diganti
3. Beri pasien kompres air hangat atau air dingin
3. Dengan kompres akan terjadi perpindahan
panas
secara
konduksi dan kompres hangat akan
mendilatasi pembuluh
darah 4. Beri selimut pendingin
4. Untuk
mengurangi
umumnya
lebih
39,5-400C
demam
besar
dan
dari untuk
mengurangi respon hipertermi 5. Pantau
suhu
5. Suhu ruangan harus dirubah
lingkungan
agar
dapat
membantu
mempertahankan suhu pasien 6. Pemberian oabt antibiotik unuk 6. Kolaborasi dalam
mencegah infeksi pemberian
Pemberian obat antipiretik
obat dan
antipiretik
untuk
penurunan panas
antibiotik
2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….x 24 jam suhu tubuh kembali dalam rentang normal. Dengan Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C Kulit tidak teraba dingin Pasien tidak tampak menggigil, pucat dan merinding TTV dalam rentang normal Nadi : 16 – 24 x / menit, RR : 60 – 100 x / menit, sistole : 90 – 140 mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
2.3.4 Intervensi Keperawatan dan Rasional (NIC)
Intervensi
Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital 1. Tanda-tanda terutama suhu.
merupakan
vital acuan
untuk
mengetahui keadaan umum pasien 2. Atur suhu ruangan untuk mempertahankan kehangatan pasien 3. Selimuti kepala dan bagian tubuh pasien yang terbuka
terutama
suhu
tubuhnya 2. Suhu ruangan harus diubah agar
dapat
membantu
mempertahankan
suhu
pasien 3. Melindungi
pasien
dari
pajanan udara dingin yang 4. Kolaborasi pemberian obat
dapat memperparah kondisi pasien 4. Mengurangi gejala penyakit yang dirasakan pasien
III. Daftar Pustaka 1. Anas Tamsuri, (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC 2. Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta:Salemba Medika 3. Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta 4. Mubarak Wahid I, Nurul Chayati. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 5. Nanda. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2009-2011. Editor T.Heater Herdman, phD,RN. Jakarta. Penerbit Prima Medika 6. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 volume 1.EGC. Jakarta
Banjarmasin, April 2017
Perseptor Akademik
(………………………………….)
Perseptor Klinik
(…………………………….)