BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan pertama yang di kenal dalam hidup kita sebelum mengenal lingkungan luar, karna keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Di keluargalah kita di kenalkan dengan peraturan didikan dalam hal terkecil sampai hal terbesar. Disinilah sebagian besar kebiasaan kita terbentuk dan tercipta karakter seseorang. Maka benar adanya jika keluarga adalah peran penting dalam hidup seseorang. Peran penting semua anggota keluarga sangat di perlukan. Tidak hanya Ibu yang berperan mendidik anak-anaknya sedangkan ayah hanya sekedar mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Dan salah besar jika pengambilan keputusankeputusan besar di lakukan oleh suami dikarenakan ayah adalah kepala keluarga .Pengambilan keputusan baiknya di rundingkan oleh anggota keluarga agar semua anggota keluarga dapat berperan dan keputusan bisa di terima semua pihak anggota keluarga. Tapi memang orang tua lebih dominan dalam mengambil keputusan. Tak hanya keputusan besar yang perlu di hadapi, keputusan bersama juga perlu contohnya memilih sekolah untuk melanjutkan pendidikan, orang tua dan anak merundingkan hal-hal apa yang terbaik untuk mereka. Hal kecil contohnya keputusan untuk membeli suatu barang, anak-anak juga bisa berperan untuk memutuskan membeli suatu produk yang mereka butuhkan, tapi tetap orangtualah yang akan memberi keputusan setuju atau tidak. Sekarang anak-anak bisa memutuskan dan menilai barang atau hal apapun,di jaman modern seperti saat ini,dengan adanya media sosial anak-anak mudah untuk mendapatkan referensi untuk menentukan pilihan. Disinilah hubungan peran keluarga penting di terapkan dan mengajaran anak bijak dalam mengambil keputusan.
1.2 Tujuan Untuk proses pembelajaran, Pengetahuan tentang proses pengambilan keputusan dan peran anggota keluarga dalam mengambil keputusan.
1.3 Manfaat Mengetahui proses pengambilan keputusan dan peran keluarga. menambah wawasan dalam hal pengambilan keputusan, dan ilmu bermanfaat bagi penulis dan pembaca
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Pengambilan Keputusan Pengertian pengambilan keputusan menurut para ahli, adalah : 1. Pengambilan keputusan menurut G.R terry Pengambilan keputusan sebagai pemilihan alternatif kegiatan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada 2. Pengambilan keputusan menurut Koont & O’Donnel Pengambilan keputusan adalah pemilihan antara alternatif-alternatif mengenai suatu cara bertindak yang merupakan inti dari perencanaan 3. Theo haiman Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan sebagai suatu cara bertindak yang dipilih oleh suatu pengolahan sebagai proses yang efektif untuk mencapai tujuan dan pemecahan masalah
2.2. Proses Pengambilan Keputusan Pengambilan
keputusan
secara
universal
didefinisikan
sebagai
pemilihan diantara berbagai alternative. Pengertian ini mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan masalah. Menurut Herbert A. Simon, Proses pengambilan keputusan pada hakekatnya terdiri atas tiga langkah utama, yaitu: a. Kegiatan Intelijen Menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keputusan. b. Kegiatan Desain Tahap ini menyangkut pembuatan pengembangan dan penganalisaan berbagai rangkaian kegiatan yang mungkin dilakukan. c. Kegiatan Pemilihan Pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari alternative yang tersedia.
Sedangkan menurut Scott dan Mitchell, Proses pengambilan keputusan meliputi: a.
Proses pencarian/penemuan tujuan
b.
Formulasi tujuan
c.
Pemilihan Alternatif
d.
Mengevaluasi hasil-hasil
Pendekatan konperhensif lainnya adalah dengan menggunakan analisis system, Menurut ELBING ada lima langkah dalam proses pengambilan keputusan: a.
Identifikasi dan Diagnosa masalah
b.
Pengumpulan dan Analisis data yang relevan
c.
Pengembangan dan Evaluasi alternative alternative
d.
Pemilihan Alternatif terbaik
e.
Implementasi keputusan dan Evaluasi terhadap hasil-hasil
2.3. Pola Pengamanbilan Keputusan 1) Keputusan satu orang yang relatif memiliki kekuatan lebih besar misalnya dalam keluarga ayah atau ibu yang lebih dominan 2) Keputusan bersama yaitu keputusan antara suami dan istri 3) Seluruh anggota keluarga dengan kekuatan berimbang setiap orang memiliki hal untuk mengeluarkan pendapat dan akhirnya keputusan di ambil berdasarkan kesepakatan bersama
2.4.Pengertian Keluarga Keluarga didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh perkawinan, darah (keturunan: anak atau cucu) atau adopsi yang biasanya tinggal bersama dalam satu rumah. Yang membedakan keluarga dengan kelompok lain adalah keluarga terbentuk oleh pernikahan atau kelahiran, memiliki hubungan yang permanent dan emosional, berorientasi pada hubungan antar pribadidan bukan pada suatu tujuan tertentu seperti halnya organisasi
Keluarga terbagi dua yaitu keluarga inti dan keluarga besar. Keluarga inti adalah kelompok langsung yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Sementara keluarga besar meliputi keluarga inti ditambah keluarga lain seperti kakek, nenek, paman, bibi, sepupu dan kerabat karena perkawinan (Setiadi, 2003:272) 2.5. Fungsi Keluarga Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat bagi semua anggota keluarga. Keluarga memiliki fungsi utama untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia bagi semua anggotanya terutama anak-anak, termasuk didalamnya adalah fungsi untuk menjadikan anak sebagai konsumen.
BAB III STUDI KASUS Studi kasus yang di lakukan dalam keluarga ini tentang anggota keluarga mencari jalan keluar dari masalah dan harus memilih suatu keputusan yang harus diambil. Pada suatu keluarga sering kali muncul suatu masalah atau hal lain yang melibatkan seluruh atau salah satu keluarga, akhirnya di lakukan musyawarah untuk mencapai keputusan yang di setujui semua anggota keluarga. Dalam hal ini studi kasus di dalam keluarga,yaitu keputusan orang tua dalam hal memilih pendidikan anaknya. Orang tua memilihkan sekolah yang sesuai dengan minat anaknya dan anaknya menyutujui keputusan kedua orangtuanya. Sebelum memutuskan untuk memilih banyak hal yang akan di pertimbangkan misalnya bakat minat sang anak, , jarak sekolah, akreditasi sekolah, dll. Perbedaan pandangan antara anggota keluarga juga sering menjadi hal yang membuat keputusan sulit di temukan. Maka perlu adanya musyawarah dan mencari titik temu yang sesuai.
Macam-macam kasus pengambilan keputusan yang sering ditemui, adalah : 1. Proses Pengambilan Keputusan Pendidikan Anak dalam Keluarga Proses pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan anak tergolong poses pengambilan yang memerlukan pemikiran lebih dan rasional serta proses yang lama. Proses pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan anak dilakukan untuk mencapai tujuan, yaitu terbentuknya putra- putri yang berkualitas dan berkarakter, namun ada juga yang mempunyai tujuan agar anaknya kelak dapat hidup layak dan berpenghasilan tinggi dengan modal pendidikan yang dimiliki. Dengan tujuan tersebut tentunya orangtua tidak akan sembarangan dalam memutuskan. Orantua pasti akan berusaha keras, agar putra-putrinya mendapatkan pendidikan yang layak. Beberapa hal yang sering menjadi pertimbangan orangtua dalam memilih sekolah atau lembaga pendidikan antara lain : a) Lokasi sekolah yang cukup strategis, relatif dekat dengan rumah dan lokasi sekolahnya cukup nyaman untuk kegiatan belajar. Apabila sekolah terlalu jauh
akan mengakibatkan anak cenderung terlalu capek di jalan dan mengurangi minat belajarnya. Sedangkan apabila lokasi sekolahnya terlalu bising, sedikit banyak akan mengganggu konsentrasi anak-anak saat menerima pelajaran. b) Sekolah tersebut cukup memiliki fasilitas yang cukup memadai artinya sekolah tersebut cukup mempunyai sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar. Paling tidak memiliki ruang kelas yang bersih dan teratur, lapangan olah raga untuk kegiatan di outdoor, hall untuk olah raga indoor, fasilitas perpustakaan serta Lab komputer, fasilitas beribadah yang memadai serta toilet yang terjaga bersih. Jika sekolah kurang luas dan kurang nyaman, tentunya anak anak kurang leluasa beraktifitas. c) Segi keamanan sekolah yang cukup bagus artinya pihak sekolah senantiasa memonitor siapa saja yang bisa keluar masuk sekolah tersebut. d) Sekolah memiliki kurikulum, kepala sekolah dan guru-guru yang cukup berkualitas , yang bisa memberi rasa nyaman saat belajar , rasa senang terhadap mata pelajaran , memperhatikan dan tanggap atas karakteristik masing-masing anak didiknya. Sehingga anak-anak terpacu untuk lebih kreatif, berani bereksperimen serta lebih percaya diri. e) Anak menyukai calon sekolahnya tersebut karena merekalah yang nantinya akan menjalani proses pendidikan tersebut. f) Dan yang terakhir tetapi cukup penting dalam pengambilan keputusan adalah mengenai berapa besar biaya untuk bersekolah ditempat tersebut. Selain uang pangkal dan SPP, apakah setiap bulannya akan ada tambahan biaya -biaya lain, additional charges untuk ekstra kulikuler, outbound atau kegiatan yang lain. Setelah mendapatkan informasi yang cukup serta alternatif, maka orangtua akan menentukan alternatif yang tepat, yang cocok untuk putra-putrinya serta sesuai dengan
sumberdaya
yang
dimiliki.
Perkembangan
zaman
juga
ikut
mempengaruhi proses pengambilan keputusan pendidikan anak. Akhir – akhir ini sistem pendidikan home schooling juga menjadi pilihan sebagian orangtua. Model pengambilan keputusan atau strategi dalam memilih alternatif yang cocok untuk digunakan yang umumnya dilakukan dalam menentukan sekolah atau pendidikan anak adalah strategi optimasi, yaitu mengambil keputusan yang
memberi keuntungan yang tinggi sesuai dengan situasi atau keadaan pemilikan informasi, atau keputusan yang “terbaik” dengan mempertimbangkan dan menilai keuntungan dan kerugiannya. Adapun tipe pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan ini beraneka ragam. Ada keluarga yang mendiskusikan hal ini dengan putra-putrinya, namun ada pula proses pengambilan keputusan dilakukan secara dominan oleh orangtua, bahkan perkembangan akhir- akhir ini tidak jarang orangtua memaksa anak untuk belajar di suatu lembaga pendidikan, sehingga justru mempengaruhi perkembangan mental anak.
2. Sosialisasi Anak sebagai Konsumen Sosialisasi adalah sebagai konsumen diartikan sebagai proses yang memungkinkan anak-anak untuk memperoleh ketrampilan, pengetahuan dan sikap yang diperlukan untuk berfungsi sebagai konsumen (Schiffman dan Kanuk, 2004:308). Melalui proses sosialisasi keluarga meneruskan makna budaya dari masyarakat, sub budaya, dan kelas sosial pada anak-anak mereka dan dengan demikian berarti mempengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku anak-anak mereka. Anak
mendapatkan
pengetahuan
konsumsi
dari
orang
tua
mereka.
Sosialisasi pada anak-anak dalam keluarga dapat terjadi langsung melalui instruksi yang diarahkan atau secara tidak langsung melalui pengamatan dan permodelan. Pengetahuan konsumsi yang terbentuk dimasa kanak-kanak dapat mempengaruhi seseorang dikemudian hari. Sebagian orang dewasa masih tetap menggunakan merek produk yang sama yang dibeli orang tua mereka ketika mereka masih kecil. Aliran sosialisasi tidak terbatas pada orang tua yang mempengaruhi anak-anak mereka saja. Anak-anak juga dapat mensosialisasi orang tua mereka khususnya untuk produk-produk baru (Peter dan Olson, 2000:117). Pendapat ini diperkuat oleh Setiadi bahwa peranan pemberi pengaruh mungkin dipegang oleh orang yang paling ahli. Sebagai contoh, orang tua mungkin menjadi pengambil keputusan mengenai mobil mana yang akan mereka beli, tetapi sang anak akan memainkan peranan utama sebagai penjaga pintu informasi dan sebagai
pemberi pengaruh karena pengetahuan yang lebih banyak mengenai unjuk kerja, ciri produk dan lain-lain (Setiadi, 2003:283). Seorang anak yang biasanya berperan sebagai pengguna akhir dari produk yang dibeli dapat memberi pengaruh yang tidak kecil pada pengambilan keputusan pembelian suatu barang dalam keluarganya. Biasanya anak mencoba memberi pengaruh pada orang tuanya untuk membeli.Walaupun anak tidak mendominasi pengambilan keputusan beli, mereka mempunyai potensi yang besar untuk membentuk aliansi baik dengan ayahnya maupun dengan ibunya dalam membentuk mayoritas pengambilan keputusan beli. Anak bisa berpengaruh pada setiap tahap proses membeli kecuali pada keputusan berapa banyak uang yang akan dibelanjakan (Prasetijo dan Ihalauw, 2005;169). Pendapat ini dikuatkan oleh suatu penelitian yang dilakukan oleh James F. Nelson yang menjelaskan tentang anak-anak sebagai sumber informasi yang signifikan dalam pengambilan keputusan keluarga. Sebagai sumber informasi anakanak dapat mempengaruhi keputusan pembelian keluarga dalam pengenalan kebutuhan, dan memberikan informasi, tetapi tidak terlibat dalam keputusan informasi, tetapi tidak terlibat dalam keputusan akhir. Nelson juga menemukan fakta bahwa faktor pendapatan lebih berpengaruh dalam memperkirakan keterlibatan seorang anak dalam sebuah keputusan (Nelson, 1979; 421). Palan dan Wilkes mengemukakan empat strategi yang digunakan oleh anak remaja untuk mempengaruhi orang tua dalam pembelian barang yaitu (1) Tawar Menawar,
(2)
Membujuk
(3)
Emosional
dan
(4)
Permintaan.
Handi Irawan (2004) mengemukakan lima alasan yang mendorong peningkatan segmen anak yaitu: a. Terjadinya
pergeseran
perilaku
orang
tua.
Dahulu pengeluaran untuk anak dianggap biaya. Saat ini pengeluaran untuk anak dianggap sebagai investasi. b. Terjadi perubahan peran anak dalam proses pembelian. Perubahan ini terjadi antara lain karena faktor pendidikan. c. Orang tua saat ini berpendidikan lebih modern yang menekankan komunikasi dua arah dan lebih demokratis.
d. Perhatian orang tua kepada anaknya semakin besar karena keluarga modern ratarata anaknya hanya dua atau tiga orang. e. Setiap orang tua selalu ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. f. Produsen terus menawarkan suatu yang baru karena persaingan diantara produsen sehingga industri bagi kebutuhan anak dengan sendirinya terus meningkat. Dalam proses pembelian suatu produk anak berpotensi sebagai konsumen skunder yaitu dapat mempengaruhi orang tua untuk membeli produk yang mereka sukai. Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian seberapa besar tingkat keeratan hubungan antara anak dalam keluarga dengan pengambilan keputusan pembelian mobil keluarga dan seberapa besar kontribusi anak dalam pembelian mobil keluarga.
3. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Tahap-tahap yang dilewati seorang konsumen dalam mencapai keputusan pembelian suatu barang ada lima yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian (Kotler, 1997;171). Sementara itu Schiffman dan Kanuk (2004;491) memberi tiga komponen utama untuk menyatukan dan menyelaraskan berbagai konsep yang relevan menjadi suatu keseluruhan yang berarti mengenai kerumitan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen, yaitu: 1) Masukan yang terdiri dari masukan pemasaran dan sosial budaya. 2) Proses yang terdiri dari pengenalan kebutuhan, penelitian sebelum pembelian dan penilaian alternative. 3) Keluaran yang terdiri dari perilaku pembelian dan penilaian pasca pembelian. Dalam memperlakukan pengambilan keputusan konsumen sebagai suatu pemecahan masalah diasumsikan bahwa konsumen tersebut memiliki sasaran (konsekuensi
yang
diinginkan)
yang
ingin
dicapai
atau
dipuaskan.
Seorang konsumen menganggap sesuatu adalah masalah karena konsekuensi yang diinginkannya belum tercapai. Konsumen membuat keputusan perilaku mana yang ingin dilakukan untuk dapat mencapai sasaran mereka. Dalam hal ini
pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran (Setiadi, 2003:415).
BAB IV
4.1 Saran Keputusan yang dilakukan dengan tergesa-gesa seringkali merupakan putusan yang buruk.
4.2 Kesimpulan Sebaiknya keputusan yang akan diambil didalam keluarga harus dirundingkan terlebih dahulu dengan anggota keluarga yang lain karena jika tidak dirundingkan terlebih dahulu dapat menimbulkan konflik atau masalah.Menciptakan keputusan yang harmonis itu perlu, supaya menimbulkan keputusan yang positif dan menguntungkan bagi seluruh anggota keluarga dan jangan mementingkan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA www.republika.co.id https://dedeneur.wordpress.com/2012/10/08model-pengambilan-keputusan-keputusantipe-tipe-pengambilan-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pemecahan-masalah/